TERUNGKAP! Ini Alasannya: Apa yang Membuat Ratusan Warga Tempel Sleman Mengalami Keracunan Bersama-sama?


dexandra.online, SLEMAN –

Kepolisian merilis temuan dari Laboratorium Forensik (Labfor) Semarang berkaitan dengan insiden keracunan bersama yang terjadi di Dusun Krasakan, Lumbungrejo, Tempel, Kabupaten Sleman.

Berdasarkan hasil pengujian laboratorium untuk makanan yang menyebabkan puluhan orang keracunan secara bersamaan, ditemukan adanya zat pangan yang mengandung formalin.

Polisi menduga, tercampurnya senyawa kimia ke dalam makanan tersebut ada unsur kesengajaan, sehingga proses penyelidikan atas perkara ini terus berjalan.

“Temuan dari Laboratorium Forensik Semarang (isi dalam makanan) ternyata tidak berisi sianida. Saya lupa namanya yang lebih teknis, tetapi zat tersebut mengandung formalin,” jelas Kasat Reskrim Polresta Sleman, AKP Riski Adrian, beberapa waktu lalu.

Hasil laboratorium di Semarang ini tidak sama dengan temuan pengujian makanan oleh Dinas Kesehatan Sleman.

Dinas Kesehatan Sleman mengatakan bahwa sesuai dengan hasil tes, makanan pada acara yang diselenggarakan di Tempel ternoda oleh tiga jenis bakteri yakni Salmonella Sp, Bakteri Bacillus Cereus, serta E.Coli.

Pemeriksaan Laboratorium Forensik di Semarang menemukan adanya formalin dalam makanan tersebut.

Menurut Adrian, hasilnya berbeda karena metode pemeriksaaan yang digunakan tidak sama.

Laboratorium Dinas Kesehatan melakukan pengujian mikrobiologis pada contoh makanan tersebut.

Labfor Semarang melakukan pengujian terhadap komposisi senyawa kimia.

Proses penentuan sampelnya juga tidak sama.

Semakin singkat waktu pengambilan contoh makanan untuk uji microbiologi, semakin baik hasilnya.

Jika proses pengambilan contoh terlalu lama dilakukan, makanan tersebut bisa berjamuran dan hal ini dapat mengganggu hasil akhirnya.

Namun, pemeriksaan bahan kimia dapat dilakukan kapan saja karena zat-zat tersebut dalam makanan tidak akan lenyap begitu saja.

“Bila kita bicara tentang mikrobiologi, mungkin proses produksinya benar. Namun, untuk tahap penyajiannya sepertinya kurang sesuai, seperti contohnya makanan diletakkan tanpa penutup dan hal itu menyebabkan pertumbuhan bakteri. Tetapi dalam pemeriksaan kami, zat-zat kimia tersebut dicurigai mengandung formalin. Zat ini tentunya tidak akan muncul begitu saja. Seseorang pastilah yang menambahkannya,” jelasnya.

Formalin terdapat pada contoh makanan tersebut.

Meskipun begitu, Adrian belum bersedia menyebutkan jenis makanan apa yang mengandung formalin.

Dia hanya mengonfirmasi agar investigasi tetap berlanjut. Hingga saat ini, telah ada 12 orang saksiyang dimintai keterangannya.

Di luar penyedia makanan dan pemilik acara, kepolisian pun mengumpulkan informasi dari dinas kesehatan serta tim rumah sakit.

Pada investigasi kali ini, kepolisian berencana menghadirkan seorang pakar dari BPOM minggu depan guna memberikan kesaksian mereka.

BPOM dipersoalkan untuk berperan dalam mengawasi produk makanan dan minuman.

“Nantinya, hasil keterangan dari BPOM ini, langsung kami gelarkan, naik sidik,” kata dia.


Kronologi Peristiwa

Sebagaimana diketahui sebelumnya, rentetan kejadian pengeroyokan massal dimulai saat warga dari Dusun Krasakan, Lumbungrejo, Tempel menyelenggarakan acara resepsi perkawinan pada hari Sabtu, tanggal 8 Februari 2025 yang lampau.

Acara pernikahan diselenggarakan di pagi hari dan pada siang harinya dilanjutkan denganresepsinya.

Pada waktu tersebut, sebagian dari makanan dimakan langsung di lokasi sementara sisanya didistribusikan ke tetangga atau komunitas lokal.

Setelah menikmati hidangan, penduduk mulai merasakan gejala demam serta diare di malam hari.

Pada Minggu berikutnya, jumlah penduduk dengan gejala mulai bertambah dan kemudian diangkut ke RSUD Sleman.

Insiden itu dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman dan segera diikuti dengan tindakan oleh Puskesmas Tempel 1 dalam membuka posko kesehatan untuk menangani para warga yang mengalami keracunan.

Kepala Dinas Kesehatan Sleman, dr. Cahya Purnama sudah menjelaskan tentang penyebab dari kasus keracunan berskala besar yang menyebabkan ribuan penduduk lokal menderita gejala diare dan juga demam tersebut.

Menurutnya, setelah melakukan tes di lab pada contoh makanan dari acara itu, beberapa hidangan ternyata tercemar oleh tiga jenis bakteria penyebab keracunan.

“Kejadian keracunan makanan ini diperkirakan disebabkan oleh adanya pencemaran bakteri Salmonella sp, Bacillus cereus, dan Escherichia coli di dalam hidangan yang ditampilkan,” jelasnya.

Cahya menjelaskan bahwa ketiga jenis bakteri itu kerap kali mencemari makanan, dan apabila dimakan oleh manusia bisa menimbulkan gejala seperti diare, rasa mual, muntahan, serta nyeri pada perut. Terkadang, kondisi ini juga disertai dengan adanya demam atau kenaikan suhu badan.

Meskipun begitu, Ia tidak mengungkapkan detail tentang jenis makanan apa yang telah tercemar oleh bakteri sehingga menimbulkan ribuan kasus kejadian tersebut.

Cahya mengatakan bahwa semua contoh makanan yang dicek meliputi bakso, sate, siomay, krecek, serta es krim.

Beberapa tipe makanan itu diprediksi telah terkontaminasi oleh bakteri.

(*)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *