Bupati Ponorogo Beli Lahan demi Mengantar Jenazah dan Menyelamatkan Warga Bukul


TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Ponorogo

— Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko telah memesan sebuah lahan agar dapat digunakan sebagai wilayah pemakaman bagi penduduk Dukuh Bukul, Desa Wates, Kecamatan Slahung. Putusan tersebut diambil setelah video beredar luas yang menunjukkan masyarakat membawa mayat melintasi Sungai karena jalur menuju kuburan umum dipersulit oleh salah satu warganya.

Pada video pendek berdurasi 58 detik yang pernah menjadi sorotan publik, kelompok masyarakat harus ekstra berhati-hati turun dari tebing sambil mengangkut bier mayat melewati Sungai tersebut. Tindakan ini tidak disebabkan oleh kerusakan infrastruktur atau penutupan rute, tetapi karena ada larangan dari salah satu warga setempat yang enggan agar halamannya dilewati prosesi pemakaman.

Jenazah yang dibawa pada insiden tersebut adalah Mulyadi (38), seorang penduduk lokal yang akan dikuburkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Guyangan, Desa Tugurejo. Ironisnya, jalan tunggal menuju jembatan penyeberangan untuk mencapai lokasi pemakaman itu mengharuskan melalui lahan pribadi milik warga dan saat ini jalannya telah ditutup.

Menanggapi situasi itu, Bupati Ponorogo—yang biasa dipanggil Kang Giri—langsung mengambil tindakan. Dia memilih untuk membeli tanah sebesar 868 meter persegi dari Lukas Kamsari, penduduk Dukuh Bukul, yang akan digunakan sebagai lokasi pemakaman alternatif bagi masyarakat setempat.

dana beli tanah itu nggak pakai APBD. Kang Giri lebih suka nyari dari uang sendiri sama kumpulan bareng temen-temennya yang deket.

“Karena menggunakan APBD akan memakan waktu yang cukup lama, kami lebih memilih untuk menggalang dana sendiri,” jelas Kang Giri ketika ditemui di tempat kejadian pada hari Rabu, 23 April 2025.

Setelah pembelian selesai, diadakan perayaan bersama dengan masyarakat setempat sebagai tanda mulainya pemanfaatan lahan itu untuk menjadi pemakaman baru yang bernama Astana Bukul.

Sebelumnya, Kang Giri menyebutkan bahwa ada gagasan untuk membuat sebuah jembatan tetap yang dapat menghubungkan antara Desa Wates dengan tempat kuburan di Tugurejo. Akan tetapi, ide tersebut memerlukan masa dan tahapan yang cukup lama, dimulai dari penyusunan rencana sampai pencarian dana pendukung.

“Opsi termudah dan paling mandiri adalah warga Bukul memiliki pemakaman mereka sendiri. Alhamdulillah, kami mendapatkan tanah dengan sukarela dari Pak Lukas,” ungkap Kang Giri.

Gerakan cepat ini disambut positif oleh publik, mempertimbangkan bahwa keperluan akan area pemakaman adalah suatu kebutuhan esensial yang harus dapat dijangkau dengan mudah. Pada kesempatan itu pula, Kang Giri menyatakan bahwa tindakan ini tidak hanya bertujuan untuk menanggapi fenomena video yang menjadi perbincangan luas, melainkan juga berfungsi sebagai jawaban praktis terhadap permintaan warga setempat.

“Bukan sekadar masalah kepopuleran saja, tetapi sebenarnya masyarakat membutuhkan tanah untuk pemakaman. Jika menunggu anggaran dari APBD, prosesnya akan sulit dan panjang,” tandasnya.


(Pramita Kusumaningrum/TribunJatimTimur.com)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *