Tiap individu tentunya telah merasakan adanya sosok penting dalam hidupnya, kemudian secara bertahap mulai menjauh dan akhirnya lenyap tanpa bekas. Kondisi serupa tak hanya meninggalkan banyak pertanyaan, tetapi juga dapat menciptakan rasa kehilangan yang sangat rumit untuk didefinisikan. Emosi demikian mampu membuat setiap insan mendiskusikan kembali arti dari hubungan tersebut, apalagi saat ada pihak yang hadir dengan cepat namun hilang tanpa alasan jelas.
Fenomena datang dan pergi dari seseorang di hidup kamu ini sebenarnya bukan sesuatu yang aneh, karena hidup terus bergerak dan berubah. Setiap orang punya jalan dan prioritas masing-masing, sehingga hubungan antarmanusia pun akan ikut berubah mengikuti ritme kehidupan itu sendiri. Untuk memahami hal ini secara lebih dalam, berikut beberapa alasan yang masuk akal dan relevan kenapa orang datang dan pergi dalam hidup kita.
1. Kehidupan dengan prioritas terbalik
Dalam kehidupan, setiap orang akan menghadapi fase yang berbeda-beda. Saat seseorang masuk ke babak baru dalam hidupnya, entah karena pekerjaan, keluarga, pendidikan, atau hal lain yang lebih mendesak, prioritasnya pun ikut berubah. Hal ini bukan karena salah satu pihak ingin menghindar, tapi lebih kepada kebutuhan yang berubah seiring waktu.
Misalnya saja, sahabat karib dari masa sekolah menengah atas mungkin tak sering diketahui kabarnya setelah memasuki lingkungan pekerjaan. Ini bukan disebabkan oleh kurangnya kepedulian, tetapi kemungkinannya adalah waktu dan tenaga mereka kini dialokasikan lebih banyak kepada tanggung jawab profesi serta perkara-perkaranya sendiri-sendiri. Perubahan prioritas dalam hidup dapat menjadikannya lebih berkonsentrasi pada aspek-aspek yang ia nilai sebagai lebih utama di periode tertentu ini, sehingga interaksi dan ikatan persahabatan yang dahulu begitu erat secara alami meredup seiring pergeseran fokus tersebut.
2. Mereka hadirnya hanyalah untuk menyampaikan ilmu pengetahuan tersebut.
Terkadang ada orang yang muncul di kehidupan kita hanya untuk menyampaikan suatu pembelajaran. Baik itu berkaitan dengan keyakinan, ketegaran hati, hingga pengalaman sakit. Kedatangan mereka mirip seperti satu halaman singkat dalam sebuah novel tanpa lanjutan pada bagian seterusnya. Namun walaupun demikian, kedatangan tersebut tetap menciptakan perubahan signifikan bagi perkembangan diri kita sebagai individu.
Sebagai contoh, ada orang yang dulu bikin kamu jadi lebih yakin sama diri sendiri meski dulunya kerap kurang percaya pada kemampuanmu. Saat dia meninggalkan hidupmu, rasanya pasti hilang. Namun tepat saat itu pula, kita dipaksa buat mencari kepercayaan diri dari dalam diri sendiri tanpa harus minta pengesahan kepada siapa pun. Waktu bersama mereka memang hanya singkat tetapi memberikan pelajaran berharga yang akan bermanfaat di hari depan.
3. Mereka menganggap diri mereka tak lagi memiliki ruang dalam kehidupan Anda.
Banyak kali, seseorang mungkin merasa ditinggalkan tanpa disadari olehmu. Bisa jadi dikarenakan kesibukanmu, pergantian pandangan, atau penekanan pada aspek-aspek tertentu dari hidupmu. Ini dapat menyebabkan mereka merasa kurang bernilai bagi kehidupanmu. Alih-alih tetap bertahan dengan perasaan tak berguna itu, mereka memutuskan untuk meninggalkanmu. Seseorang yang pergi bukannya bermaksud membencimu, melainkan mungkin demi melestarikan martabatnya atau agar tidak terluka secara mendalam lagi.
Sebagai contoh, seorang sahabat yang dulu selalu ada, mulai menjauh setelah kamu terlalu sibuk dengan hubungan asmara atau pekerjaan. Ia tidak pernah bilang secara langsung, tapi ia merasa tidak lagi menjadi bagian dari hidupmu seperti dulu. Perasaan itu yang mendorongnya menjauh, meskipun sebenarnya dia masih peduli. Namun, ia memilih menjaga jarak demi ketenangan diri sendiri.
4. Keseimbangan emosi yang sudah terganggu
Hubungan apa pun, entah itu pertemanan, keluarga, atau asmara, butuh keseimbangan emosi dari kedua pihak. Ketika satu pihak terus memberi dan yang lain hanya menerima tanpa usaha untuk menjaga hubungan tetap sehat, maka ketimpangan itu lama-lama akan menciptakan kejenuhan. Seseorang yang merasa terus berkorban tanpa imbal balik cenderung lelah dan akhirnya memilih mundur.
Contohnya, kamu mungkin punya teman yang selalu mendengarkan curhatmu, membantu saat kamu butuh, tapi ketika dia dalam masalah, kamu justru tidak hadir. Sekali dua kali mungkin tidak apa-apa, tapi lama-lama dia merasa hubungannya tidak setara. Kelelahan emosional seperti ini yang membuat seseorang memilih berhenti, meski awalnya dia tulus.
5. Hidup terus berjalan dan orang-orang berubah
Bukan semua akhir hubungan dipicu oleh perselisihan atau kelalaian. Terkadang, individu meninggalkan kita karena waktunya telah tiba bagi mereka untuk melanjutkan. Kehidupan selalu berkembang dan tiap orang juga menghadapi perkembangan di dalam jiwa mereka sendiri. Transformasi tersebut membawa mereka menuju tujuan baru dibanding masa lalu. Konteks sosial, ketertarikan pribadi, bahkan paradigma hidup dapat beralih bersama pertambahan tahun dan pengetahuan yang didapat.
Sebagai contoh, dahulu kala Anda dan sahabat sering berkumpul setiap malam untuk bercerita tentang mimpi-mimpi masing-masing. Namun saat ini, ia cenderung memilih untuk membaca buku di rumah atau menikmati waktu dengan keluarganya. Perbedaan dalam kebiasaan hidup serta ketertarikan telah menyebabkan frekuensi bertemu menjadi kurang sering. Hal tersebut tidak ada yang salah karena merupakan proses normal dari perkembangan individu.
Kedatangan dan kepamitan seseorang sering kali tak dapat kita atur. Namun di balik tiap momen tersebut, selalu tersimpan ilmu yang bisa dipetik. Jika Anda merasa tertinggal, jangan buru-buru berkecil hati. Mungkin saja pergi ini menciptakan tempat bagi sesuatu yang lebih baik nantinya. Terdapat maksud pada setiap insiden dalam hidup, walaupun mungkin saat ini masih sulit untuk dilihat dengan jelas.