dexandra.online
,
Jakarta
–
Forum Purnawirawan TNI
mengusulkan kepada Presiden
Prabowo
Subianto meminta agar jabatan Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden dirubah. Menurut mereka, keputusan Mahkamah Konstitusi atau MK tentang Pasal 169 alfabet q dalam Undang-undang Pemilihan Umum bertentangan dengan prosedur yang ditetapkan oleh MK serta Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman.
“Menyarankan perubahan posisi wakil presiden di MPR dikarenakan putusan MK tentang pasal 169 alfabet q dalam undang-undang pemilihan umum sudah bertentangan dengan prosedur MK serta undang-undang kekuasaan kehakiman,” begitu tertulis pada salah satu dari delapan permintaan mereka.
Pernyataan sikap dari d
Dokumen yang telah ditanda-tangani oleh 103 perwira besar, 73 panglima laut, 65 marskeneral, serta 91 Kolonel tersebut.
Ini dibacakan oleh Mayjen (Purn) TNI Sunarko dalam rangkaian Silaturahmi Purnawirawan Prajurit TNI bersama Tokoh Masyarakat yang berlangsung pada tanggal 17 April kemarin. Dokumen tersebut ditanda tangani oleh Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi, Jenderal TNI (Purn) Tyasno Soedarto, Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebijanto, serta Marsekal TNI (Purn) Hanafie Asnan; disertai pula tanda pengenal dari Jenderal TNI (Purn) Tyasno Soedarto.
Gibran diterima sebagai calon wakil presiden untuk Pilpres 2024 usai pembatasan minimum umur yang sebelumnya adalah 40 tahun akhirnya dapat dirubah. Ketentuan ini selanjutnya dimasukkan ke dalam Pasal 169 huruf q dari Undang-Undang tentang Pemilihan Umum. Isi pasal tersebut menyebutkan bahwa kandidat harus memiliki umur minimal 40 tahun atau telah/menjabat sebagai kepala daerah melalui proses pemilu. Saat itu, Gibran menjabat sebagai Wali Kota Solo.
Berikut ini adalah biodata beberapa mantan perwira tinggi TNI yang mengeluarkan pernyataan, di antaranya termasuk permintaan untuk mengganti wakil presiden.
1. Letnan Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi
Fachrul Razi, yang dilahirkan pada tanggal 26 Juli 1947, merupakan seorang tokoh militer dari Indonesia yang sempat menjadi Menteri Agama dalam Kabinet Indonesia Maju yang dipimpin oleh Presiden ketujuh Republik Indonesia, yaitu Joko Widodo atau biasa dikenal dengan nama Jokowi. Ia menduduki posisi tersebut mulai tanggal 23 Oktober 2019 sampai akhirnya ditukar oleh Yaqut Cholil Qoumas pada 23 Desember 2020.
Fachrul adalah bagian dari Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang mengeluarkan surat pemberhentian Prabowo dari TNI pada tanggal 21 Agustus 1998. Pencopotannya dari jabatan militernya berkaitan dengan tuduhan menculikaktivis pro-demokrasi. Menurut DKP, ia telah melanggar aturan.
Tugasnya dalam bidang militer meliputi pengalaman sebagai Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kujang 1 Kostrad, Wakil Asisten Operasi KSAD, Kepala Staf Daerah Militer VII/Wirabuana, dan Gubernur Akademi Militer (periode 1996 hingga 1997). Ia juga pernah menjadi Asisten Operasi Kepala Staf Umum ABRI dari tahun 1997 sampai 1998, lalu naik jabatan menjadi Kepala Staf Umum ABRI pada periode berikutnya yaitu 1998 hingga 1999. Selain itu, ia juga bertindak sebagai Sekretaris departemen Pertahanan selama setahun penuh pada 1999 serta memegang posisi sebagai Wakil Panglima TNI mulai 1999 hingga 2000.
Perjalanan karier Fachrul dalam bidang politik meliputi perannya sebagai ketua Tim Bravo 5, sebuah kelompok relawan pendukung pasangan Joko Widodo-Mar’uf Amin pada Pemilu Presiden tahun 2019. Anggota tim ini mayoritas adalah mantan prajurit Tentara Nasional Indonesia dengan sebagian besar alumni Akademi Militer era 1970-an. Grup tersebut didirikan pada tahun 2013 guna mendukung kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla saat pemilihan presiden tahun 2014.
2. Mantan Jenderal TNI Purnawa Tyasno Soedarto
Tyasno Sudarto, yang dilahirkan pada tanggal 14 November 1948, adalah seorang tokoh militer di Indonesia. Dia pernah mengemban posisi sebagai Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (KSAD) dari tahun 1999 hingga 2000. Selain itu, ia juga sempat berperan sebagai Panglima Komando Militer Wilayah IV/Diponegoro serta kepala Badan Intelijen Strategis TNI dengan tingkat jabatan Letnan Jenderal.
Beberapa jabatan penting yang pernah disemakinantaranya adalah sebagai Danyonif 202/Taji Malela (1983-1984), Danyonif 323/Buaya Putih (1984-1986), serta Pabandya Lat Sops Kostrad (1986). Setelah itu menjadi De Olah Yudha Kolatgab ABRI dari tahun 1986 sampai 1988 sebelum dipindahkan ke posisi Waasops Kasdivif 2/Kostrad pada tahun 1988, lalu menjabat sebagai Waasops Kasdivif 1/Kostrad hingga tahun 1989.
Dia sebelumnya menjabat sebagai Kas Brigif 13/Galuh dari tahun 1989 sampai 1994 serta As Sospol Kasdam Jaya antara tahun 1994 dan 1995. Kemudian, ia diberi amanah untuk memegang posisi Dir C BIA mulai tahun 1995 hingga 1996, kemudian mengemban tugas sebagai Asrena Kasad pada periode 1996-1998, dan terakhir adalah panglima Pamandivegatra IV/Diponegoro yang bertahan selama setahun penuh. Setelah itu, singkat waktu menjadi kepala BAIS TNI, akhirnya ia dilantik sebagai KSAD hingga mencapai tahun 2000.
3. Mantan Laksamana TNI (Purnawirawan) Slamet Soebijanto
Slamet Soebijanto, yang dilahirkan pada tanggal 4 Juni 1951, pernah menjadi Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut dari 18 Februari 2005 sampai dengan 7 November 2007. Dia berhasil menyelesaikan pelatihan militernya di AKABRI Cabang Laut tahun 1973 sebelum melanjutkan studi lanjutan seperti Alutsista Baru atau Ops Sekolah di Belanda pada tahun 1980, Operative Art di Yugoslavia pada tahun 1990 serta kursus KRA-33 di Pusat Studi Strategis Lemhanas antara tahun 2000 hingga 2001.
Slamet di antaranya telah dipercaya untuk mengemban tugas sebagai Diresiden Navigasi KRI Thamrin pada tahun 1974, Ketua Departemen Pendidikan Navigator KRI Rakata pada tahun 1980, Pengawas Pelatihan dan Didik Sekolah Staf Angkatan Udara (Seskoau) pada tahun 1991, serta Asisten Personel Militer Nasional Indonesia (TNI) pada tahun 2000. Sedangkan jabatan terakhir yang disandangnya sebelum menjadi Kepala Staf Angkatan Laut (KSAU) adalah Wakil Gubernur Lemhanas pada tahun 2003.
4. Mantan Marsekal TNI Hanafie Asnan
Hanafie Asnan, yang lahir pada tanggal 7 November 1945, merupakan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Republik Indonesia dari tahun 1998 hingga 2002. Dia mulai karir militernya usai menyelesaikan studinya di Akademi Angkatan Udara pada tahun 1969. Sejarah pendidikannya dalam bidang militer dimulai dengan menghadiri sekolah penerbangan dan berhasil lulus pada tahun tersebut juga sebelum melanjutkan ke Sekolah Instruktur Penerbang (SIP) di Wing Pendidikan Terbang Pangkalan Udara Adisucipto, Yogyakarta.
Bukan hanya di tanah air, ia pun mengikuti pendidikan militer di luar negeri. Antara lain, kursus transisi dan konversi untuk berbagai macam pesawat pelatihan dan perang, seperti Special Joint Warfare and Forward Air Control yang dilakoninya bersama Angkatan Udara Australia (RAAF) tahun 1975, serta A-4 Conversion and Instructor Pilot Course di Angkatan Udara Selandia Baru (RNZAF) pada tahun 1979.
Di samping itu, ia menyelesaikan program Sekolah Staf dan Kombinasi Angkatan Udara Korea Selatan (ROKAF) tahun 1983, kursus International Defence and Management Course (IDMC) di Monterey, Amerika Serikat pada tahun 1987, serta Royal College of Defence Studies (RCDS) di Inggris pada tahun 1993, dan juga Sistem Pendekatan untuk Manajemen pada tahun 1995.
5. Letnan Jenderal (Purnawan) Try Sutrisno
Dokumen pernyataan sikap dari Forum Purnawirawan TNI tersebut juga memperhatikan hal itu.
Try Sutrisno
Dia adalah mantan wakil presiden dan juga bekas kepala staf tentara nasional Indonesia. Menurut informasi dari Kantor Berita Tentara Nasional Indonesia, Try memulai kariernya di militer saat dia diterima sebagai pelajar akademi teknik angkatan darat (Atekad). Dia pun memiliki kesempatan untuk terlibat dalam pertempuran menentang pemberontakan PRRI pada tahun 1957.
Di samping itu, Try juga ikut serta dalam Operasi Pembebasan Irian Barat tahun 1962 yang mempertemukan dirinya dengan Soeharto. Ketika itu, Soeharto dipilih oleh Soekarno sebagai Panglima Komando Mandala dan bertugas di Sulawesi. Hubungan tersebut nantinya membawa Try ke posisi wakil presiden atau RI 2 bersama Soeharto.
Hendrik Yaputra, Mirza Bagaskara,
dan
Antara
bersumbang dalam penyusunan artikel ini.