Di salah satu skenario terkejut namun cemerlang dalam film The Big Short (2015), Margot Robbie hadir —bukan pada karpet merah atau dalam suasana dramatis, tapi justru duduk santai di sebuah bak mandi mewah yang dipenuhi busa, sambil menyandang gelas champagne dan menatap lurus ke arah kamera. Dia tak lagi menjadi perannya sebagai tokoh fiktif; malahan dia tampak begitu asli. Dengan seriusnya, Robbie membantu kita untuk lebih mendalami tentang istilah subprime mortgage—pemicu utama dari krisis ekonomi dunia tahun 2008—dengan metode yang benar-benar unik.
Pada poin ini, film melampaui pembatasan antara narasi dan realitas, merambah ke wilayah yang dikenal sebagai metafiksi.
Metafiksi merupakan suatu gagasan di mana sebuah karya fiktif menyadarinya sendiri sebagai entitas fiksional, lalu mengundang pemirsa untuk mengeksplorasi narasinya dengan membongkarnya, memberi komentar padanya, atau bahkan menjadikannya bahan candaan.
Di adegan tersebut, The Big Short tak sekadar menceritakan kisahnya saja, melainkan menginterupsi alur cerita sambil berbicara: “Sabar dulu, kita tahu hal ini bisa membuat bingung—jadi mari kita hadirkan Margot Robbie untuk memberi penjelasan.”
Inilah wujud kesadaran naratif—dan di sinilah kekuatan metafiksi berfungsi.
Menariknya, karya metafiksinya Margot Robbie ini juga berfungsi sebagai metakomunikasi. Alasannya adalah karena dia muncul bukan sekadar sebagai selebritas yang tahu posisi mereka dalam film, tapi juga menawarkan arahan langsung pada audiens mengenai bagaimana mereka sebaiknya memahami esensi dari cerita tersebut. Dia mereduksi ide-ide ekonomi yang rumit menjadi lebih mudah dipahami lalu menjelaskan secara gamblang: “Inilah caranya kamu perlu melihat situasi dibalik masalah ini.”
Singkatnya, metafiksi merupakan wujudnya, sementara metakomunikasi adalah substansinya. Gambar Margot Robbie di dalam bak mandi tidak hanya sebagai trik hiburan; dia jadi guru dalam berpura-pura.
Bersambung