dexandra.online
– Berhadapan dengan orang yang sulit—baik itu rekan kerja yang suka mengeluh, teman yang manipulatif, atau anggota keluarga yang mudah marah—bisa menguras energi emosional kita.
Namun, sebagian orang tampaknya mampu tetap tenang dan terkendali dalam situasi tersebut, seolah-olah mereka kebal terhadap provokasi.
Apakah mereka tidak merasa terganggu? Tentu saja merasa. Tapi mereka tahu bagaimana merespons, bukan bereaksi secara impulsif.
Dilansir dari Geediting pada Sabtu (3/5), menurut psikologi orang-orang yang tetap tenang dalam menghadapi situasi sosial yang menegangkan menggunakan sejumlah strategi mental dan emosional yang spesifik.
Berikut adalah 8 taktik tenang yang sering mereka gunakan:
1. Mereka Mengelola Respons Fisiologis Lewat Napas
Ketika kita berhadapan dengan orang yang membuat kita marah atau frustrasi, tubuh kita biasanya bereaksi secara otomatis: detak jantung meningkat, napas menjadi cepat, dan otot menegang.
Orang yang tenang menyadari sinyal tubuh ini dan segera memperlambat napas mereka.
Menurut psikologi kognitif, teknik pernapasan dalam membantu mengaktifkan sistem saraf parasimpatis—bagian dari sistem saraf yang bertugas menenangkan tubuh.
Dengan bernapas secara sadar, mereka bisa mencegah tubuhnya memasuki mode “fight or flight.”
2. Mereka Mengatur Batas Emosional (Emotional Boundaries)
Orang yang sulit sering kali mencoba “menulari” orang lain dengan emosinya—menjadikan amarah mereka sebagai amarah kita.
Seseorang yang damai menyadari bahwa tak perlu ikut terpengaruh dengan nyala api milik oranglain.
Dalam bidang psikologi, fenomena tersebut dikenal sebagai emocional detachment atau penjagaan jarak emosi tanpa kehilangan kesadaran akan perasaan.
Mereka mengerti kalau emosi pihak lain bukan menjadi beban mereka, serta mereka tak berkewajiban untuk menolong atau meredakan keadaan hati oranglain.
3. Mereka Mendengar Tanpa Perlu Setuju
Seseorang yang tenang bukanlah orang yang selalu mencoba untuk bertentangan atau menunjukkan kesalahan pihak lain.
Mereka menyadari pentingnya aktif mendengarkan—toh itu artinya memahami dengan benar, bukan sekadar menyiapkan respons.
Dengan berada sepenuhnya di sana, mereka dapat mengurangi perselisihan dengan lebih cepat.
Hal ini juga membuat lawan bicara merasa dihargai, yang biasanya sudah cukup untuk mengurangi ketegangan emosi.
4. Mereka Mendeteksi Teknik Penipuan
Orang sulit sering menggunakan taktik manipulasi: menyalahkan, membuat merasa bersalah, atau mengubah topik.
Seseorang yang tenang tidak dengan cepat terseret ke dalam situasi tersebut karena mereka mengerti tentang dinamika psikologis yang ada.
Dengan kesadaran diri yang tinggi (self-awareness), mereka mampu mengenali tanda-tanda manipulasi dan tetap berdiri teguh pada nilai dan batas mereka.
5. Mereka Tidak Memandang Sebagai Hal yang Personal
Salah satu keterampilan utama bagi seseorang yang tenang adalah tidak menjadikan tiap komentar negatif sebagai suatu bentuk serangan ke diri sendiri.
Dalam psikologi, ini berhubungan dengan internal locus of control—kepercayaan bahwa kita mengontrol respons kita sendiri, bukan dikendalikan oleh pendapat atau tindakan orang lain.
Mereka memahami bahwa kemarahan atau negativitas orang lain sering kali lebih mencerminkan keadaan batin orang itu sendiri, bukan kesalahan mereka.
6. Mereka Menggunakan Reframing (Membingkai Ulang Situasi)
Daripada melihat situasi sebagai ancaman atau serangan, orang yang tenang sering mempraktikkan cognitive reframing—yaitu mengubah cara pandang terhadap situasi tersebut.
Misalnya, daripada berpikir “Orang ini menyebalkan,” mereka mungkin berpikir, “Orang ini sedang berjuang dengan emosinya.”
Mengubah pandangan membantu mereka menilai keadaan secara lebih obyektif serta meringankan kuatnya perasaan negatif.
7. Mereka Mengerti Waktunya untuk Menjaga Ketenangan
Terkadang, tindakan paling tepat bukan adalah membela diri, tetapi justru dengan diam.
Tidak berbicara tidak selalu menandakan ketakutan, tetapi justru merupakan teknik yang menggambarkan pengendalian diri.
Di bidang psikologi, hal tersebut berhubungan dengan kemampuan pengaturan diri—yakni mampu mengeksplorasi kontrol atas hasrat emosi secara singkat agar mencapai tujuan yang lebih besar di masa depan.
Mereka sadar bahwa tak segala percakapan perlu dijawab.
Tidak semua provokasi layak diberi respons.
8. Mereka Merawat Diri Secara Emosional
Tetap tenang di sekitar orang yang sulit memerlukan cadangan energi emosional yang sehat.
Orang yang tenang biasanya memiliki kebiasaan self-care seperti meditasi, jurnal, olahraga, atau menghabiskan waktu sendiri untuk mengisi ulang energi mereka.
Psikologi positif menekankan pentingnya keseimbangan antara memberi dan menjaga diri.
Mereka tahu bahwa untuk bisa hadir secara sehat dalam hubungan sosial, mereka harus terlebih dahulu sehat secara internal.
Penutup
Ketenangan bukanlah sifat bawaan.
Ia adalah hasil dari latihan, kesadaran diri, dan strategi psikologis yang konsisten.
Orang-orang yang tetap tenang di sekitar orang-orang yang sulit bukan karena mereka tidak pernah terganggu, tetapi karena mereka tahu bagaimana mengelola respons mereka dengan cara yang sehat.
Dengan menerapkan kedelapan taktik di atas, kita pun bisa belajar menjadi pribadi yang lebih tangguh dan tenang di tengah badai emosi orang lain.