48 Negara Menjadi Korban IMF Seiring Meningkatnya Perang Dagang AS-China


Dexa.CO.ID-JAKARTA.

Direktur Eksekutif Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva, menyatakan bahwa sekarang ada 48 negara yang sedang membutuhkan bantuan dari dana keseimbangan berbayar IMF, di mana Argentina merupakan kasus utama dengan mendapatkan paket pinjaman terkini dan terbesarnya dari organisasi itu.

Klaim tersebut muncul seiring dengan peningkatan tekanan pada negara-negara sedang mengembangkan diri karena adanya goncangan dalam perubahan nilai tukar, beban hutang luar negeri yang semakin berat, serta arus investasi asing yang melambat.

Saat negara-negara seperti Amerika Serikat mengalami peningkatan produktivitas yang signifikan, berbagai negara lain malah semakin tertinggal.

“Pada hari Kamis (17/4), Kristalina mengatakan bahwa negara-negara dengan perekonomian sedang berkembang perlu menjaga fleksibilitas nilai tukar untuk meredam goncangan,” tuturnya dalam siaran persnya tersebut.

Dia menyatakan pentingnya bagi negara-negara yang memiliki hutang publik tak sustainabel untuk bertindak secara progresif demi mencapai kembali kesinambungan tersebut, dan hal ini bisa melibatkan pengambilan keputusan yang kompleks terkait restrukturisasi utang di beberapa skenario.

Kristalina pun menggarisbawahi kebutuhan akan keseimbangan baik dalam maupun luar negeri, sambil menekankan bahwa ketimpangan di antara simpanan dan investasi domestik bisa membawa risiko pada sistem ekonomi.

Ketidakseimbangan ini pun mengakibatkan aliran dana asing menjadi tak menentu, dan hal tersebut dapat pula menciptakan tensi dalam hubungan perdagangan antar negara.

Akan tetapi, IMF mengakui bahwa tahapan ini memerlukan pengendalian dan pemantauan yang ketat.
rebalancing
Ini bukanlah hal yang sederhana. Contohnya, negara-negara yang memiliki defisit neraca berjalan umumnya tidak merasakan kebutuhan untuk membuat perubahan.

Negara-negara yang memiliki mata uang cadangan seperti Amerika Serikat mempunyai kekuatan khusus untuk tetap menghasilkan defisit secara berkelanjutan tanpa langsung merasakan konsekwensinya.

“Setiap negara memiliki kemampuan untuk menerapkan kebijakan guna mencapai keseimbangan internal dan eksternal yang lebih baik, sekaligus memperkuat ketahanan serta kesejahteraan bersama,” demikian dia menutup pembicaraannya.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *