Protokol Pemakaman Paus Fransiskus: Membuang Tradisi Hingga Bahan Peti Mati, Sabtu 26 April 2025


Pemakaman Paus Fransiskus direncanakan akan dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 26 April 2025 jam 10:00 waktu Vatikan.

Sebelum upacara pemakaman pada hari Rabu, tanggal 23 April 2025, mayat Paus Fransiskus dipindahkan dari Casa Santa Marta, tempat tinggalnya saat masih hidup di Vatikan menuju ke Basilika Santo Petrus.

Upacara pemakaman akan dilaksanakan di lapangan terbuka di hadapan Basilika Santo Petrus di Vatikan, dengan diprediksikan bahwa para tokoh internasional serta banyak jemaah Katolik bakal menghadiri acara tersebut.

Beberapa kepala negara atau pejabat pemerintah serta anggota keluarga kerajaan sudah memastikan kedatangan mereka.

Pangeran William dari Inggris, Presiden AS Donald Trump bersama Ibu Negaranya Melania Trump, Raja Felipe VI serta Ratu Letizia dari Spanyol, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Juga hadir Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva bersama Ibu Negaranya Rosangela da Silva, Presiden Polandia Andrzej Duda beserta beberapa tokoh kenegaraan internasional lainnya.

Paus Fransiskus meninggal dunia pada hari Senin tanggal 21 April 2025 jam 07.35 waktu lokal di kota Roma, Italia, tepatnya di tempat tinggalnya yang terletak di Apartemen Santa Marta.

Dia dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1936, di Flores, Buenos Aires, Argentina, dan wafat saat berusia 88 tahun.



Daftar Lengkap Kardinal sebagai Calon Kuat untuk Menggantikan Paus Fransiskus Yang Baru


Masa “Papal Interregnum”

Menurut siaran pers KBRI Takhta Suci, ketika seorang paus meninggal dunia, akan terjadi periode yang dikenal sebagai “Papal Interregnum”.

Yaitu, masa yang terjadi di antara kematian seorang paus hingga dipilihnya paus baru.

Maka periode “Papal Interregnum” saat ini diawali setelah kematian Fransiskus pada hari Senin dan akan berlanjut sampai seorang paus baru terpilih.

Pada saat tersebut, para kardinal perlu menentukan waktu yang sesuai untuk pelaksanaan upacara pemakaman, serta kemudian mengatur kapan konklav bisa diadakan.

Meskipun demikian, kebanyakan jadwal telah diputuskan terlebih dahulu. Seperti yang disebutkan sebelumnya, periode berkabung berlangsung selama sembilan hari yang dikenal dengan nama Novendiales.

Paus perlu dikuburkan antara empat sampai enam hari sejak meninggalnya. Selagi proses ini berlangsung, mayat Paus akan diposisikan di dalam kardus mati, lalu disimpan untuk sementara waktu hingga upacara penguburan dilangsungkan.

Mayat Paus pun perlu dipajang di Basilika Santo Petrus sepanjang periode berkabung tersebut. Setiap harinya akan digelar misa suci.

Pada penutupan periode berkabung, akan digelar upacara pemakaman massal di Basilika Santo Petrus. Acara ini memiliki arti penting sejarah, mengundang pejabat senior dari berbagai belahan dunia untuk datang.

Di tanggal 12 Desember 2023, Paus Fransiskus berkomentar pada stasiun TV Meksiko Noticieros Televisanya bahwa dia berkeinginan untuk “dikuburkan di Santa Maria Maggiore,” yaitu sebuah gereja Katolik dan basilika kepausan terpenting yang ada di Ibu Kota Italia; tempat ini juga dikenal dengan nama Basilika Bunda Maria, Salus Populi Romani (Penjaga Rakyat Roma).

Inilah tempat Paus berdoa di depan patung Bunda Maryam sebelum dan sesudah melakukan perjalanan internasional. Basilika ini menjadi saksi ketika beliau memohon perlindungan kepada Bunda Maria sebelum serta saat kembalinya dari kunjungan kenegaraan.

Setelah meninggalkan rumah sakit, Paus juga mampir di Basilika St. Maria Maggiore sambil memegang satu ikatan bunga. Sebenarnya, minggu lalu, Paus Fransiskus telah berkunjung ke Basilika St. Maria Maggiore tersebut.

Jika kelak dikuburkan di Basilika St. Maria Maggiore, Paus Fransiskus sudah mengubah tradisi, karena kebanyakan paus sebelumnya dimakamkan di Basilika St. Petrus, Vatikan.

Namun, di Basilika St. Maria Maggiore telah terdapat beberapa paus yang dikuburkan di lokasi tersebut. Sebagai contoh, Paus Clement IX (bertakhta dari tahun 1667 hingga 1669).

Berdasarkan dokumen tersebut, pada tahun 2024, Paus Fransiskus secara resmi memodifikasi prosedur pemakaman, mengeraskan upacara agar lebih sederhana sehingga mencerminkan perannya sebagai uskup serta mengizinkan pelaksanaan penguburan dilakukan di luar Vatikan seperti yang ia inginkan.

Surat kabar Vatikan,
L’Osservatore Romano
mengeluarkan versi baru dari detail buku liturgi, yang telah disahkan oleh Paus Fransiskus pada 29 April 2024.

Versi baru itu mengambil alih edisi lama, yang penerbitannya terakhirlah di tahun 2000.

Prosedur pemakaman yang telah dimodifikasi itu mencabut ketentuan bahwa jenasah Paus harus dikuburkan di atas nisannya yang berada di basilika tinggi Santo Petrus guna mendapatkan penghargaan akhir dari masyarakat.

Sebaliknya, mayat akan disimpan di dalam peti mati sederhana. Panduan terbaru ini juga mencabut penggunaan peti mati tradisional berlapis tiga—yaitu cemara, timah, dan kayu oak.

Berdasarkan pernyataan Monsignor Diego Ravelli sebagaimana dilaporkan
L’Osservatore Romano
bahwa penyederhanaan ini dimaksudkan “agar lebih menggarisbawahi bahwa pemakaman Paus Roma merupakan pemakaman seorang gembala dan murid Kristus, bukannya tempat peristirahatan bagi seseorang yang memiliki kekuasaan di dunia.”



Wasiat Jiwa Paus Fransiskus: Pesan Akhir bagi Umato Katolik Apa?


Kunjungi Setidaknya 59 Negara

Sejak terpilih sebagai paus pada 13 Maret 2013, Paus Fransiskus belum sekali pun berkunjung ke tanah airnya, Argentina.

Malahan Brazil, yang merupakan negara jiran Argentina, menjadi tempat tujuan kunjungan Paus pertama kali.

Pada bulan September tahun lalu, Paus Fransiskus menempuh perjalanan terpanjangnya semenjak menjadi pemimpin kepausan.

Dia mengunjungi empat negeri di kawasan Asia-Pasifik: Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste, serta Singapura, dengan perjalanan sejauh 32.814 kilometer.

Ini merupakan perjalanan keluar negeri kali ke-45 menuju lebih dari 59 negara.

Sepanjang periode kepausannya, termasuk kunjungan perdana seorang pemimpin Vatikan ke Irak, Uni Emirat Arab, Myanmar, Macedonia Utara, Bahrain, serta Mongolia.

Saat mengunjungi Irak, Paus Fransiskus berjumpa dengan Grand Ayatollah Ali Sistani, pemuka agama paling tinggi dalam Islam Syiah di negara tersebut.

Paus Fransiskus menghargai semangat persaudaraan serta kerukunan antar umat beragama, dan tak ada tanda toleransi agama yang lebih menawan pada permulaannya daripada “Tunnel Persahabatan” bawah tanah yang mempersingkat jarak dari Masjid Raya Istiqlal di Indonesia ke Gereja Katedral Maria Assumpta, Jakarta.

Di Jakarta, Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar (yang kini menjadi Menteri Agama), menandatangani “Deklarasi Istiqlal” bertajuk “Mengokohkan Kesetiannya Antara Umah Berbagai Kepercayaan demi Kemanusiaan”.

Pada lima tahun lalu, tepatnya di 2019, Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar dari Kairo, Mesir, telah meresmikan perjanjian “Human Fraternity, for World Peace and Coexistence” yang populer disebut sebagai Dokumen Abu Dhabi.

(*)




Lihat Berita Terkini Selanjutnya Di Sini

GOOGLE NEWS




Terima Berita Populer Lewat Saluran

WhatsApp


!!!Membaca Adalah Latihan Untuk Otak Sebagaimana Olahraga Adalah Latihan Untuk Tubuh!!!

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *