dexandra.online
– Pameran Road to ArtJog 2025: Arak-Arak Midnight Haze dan The Drifting Flocks secara resmi membawa pengalaman seni kontemporer yang istimewa ke Surabaya.
Digelar di tingkat tiga Pasar Tunjungan, pameran ini melaksanakan sesi tur publik perdana pada hari Rabu sore (23/4). Acara tersebut mengundang para pengunjung untuk mempelajari lebih dalam tentang karya-karya seniman Jompet Kuswidanato.
Banyak tamu nampak sangat bergairah untuk ikut serta dalam dua sesi perjalanan yang bertempat pada jam 5 sore dan 7 malam waktu setempat. Di pandu secara langsung oleh kurator eksposisi seninya sendiri, yaitu Ayos Purwoaji, para peserta diperkenankan untuk mengeksplorasi sekitar 21 buah instalasi artistik yang tersebar di lokasi mantan pasar populer itu.
“Tur ini bertujuan menavigasi pengunjung untuk mengenal lebih dekat karya-karya Jompet Kuswidananto,” ujar Ayos, yang memandu dengan gaya khas layaknya pemandu museum.
Pameran ini merupakan elemen penting dalam serangkaian acara mendekati perhelatan besar ArtJog 2025. Selain berfungsi sebagai tempat pementasan seni, tur ini juga bertindak sebagai media untuk dialog antara masyarakat umum, kurator, dan karya seni tersebut, menguatkan keberadaan seni kontemporer di area publik.
Menariknya, mengambil Pasar Tunjungan sebagai latar belakang tempat dengan sejarahnya memberikan kesan bahwa karya-karya Jompet menjadi semakin hidup. Pameran instalasinya membahas tentang identitas, kenangan bersama, serta hubungan sosial—all of which ini disajikan melalui tampilan yang powerful dan bertema panggung.
Menurut Ayos, keunggulan Jompet ada di bagaimana ia mengintegrasikan berbagai unsur multimedia seperti tenaga listrik, pencahayaan, dan bunyi untuk menciptakan sebuah pengalaman seni yang unik.
“Multimedia tersebut merupakan keunikan tersendiri dari seni Mas Jompet,” katanya.
Untuk para tamu yang belum memiliki kesempatan untuk datang, sesi tur berikutnya dijadwalkan pada hari Kamis, tanggal 24 April pukul 14.00 WIB dan juga Sabtu, 27 April pukul 17.00 WIB.
Pameran ini tidak semata-mata merupakan sebuah acara kesenian, melainkan juga berfungsi sebagai tempat berkumpulnya masa lalu, karya seni, serta diskusi tentang masalah sosial yang relevan saat ini di pusat kehidupan Pasar Tunjungan.