dexandra.online
,
Jakarta
–
Inggris
kesempatan besar untuk mengurangi rencana penyebaran sejumlah tentara damai tersebut
Ukraina
, yang pada mulanya dikatakan sebagai hasrat Perancis lantaran resikonya begitu besar. Ini dinyatakannya melalui sebuah koran berita.
Times
seperti dikutip
Kyiv Independent
pada Kamis.
Awalnya direncanakan untuk meliputi proteksi kota-kota, dermaga, serta stasiun pembangkit listrik tenaga nuklir di Ukraina. Namun, rencana tersebut sekarang tengah dievaluasi ulang dengan fokus pada penempatan pasukan yang lebih terbatas tetapi strategis.
“Potensi risiko sangat besar dan kekuatan pasukan mereka kurang mencukupi untuk menjalankan misi semacam ini. Hal tersebut merupakan pandangan dari pihak Britania Raya. Justru Prancis yang mendesak adopsi strategi yang lebih agresif,” ungkap salah satu penggagas pembicaraan berkaitan dengan “ketersediaan koalisinya” (dalam konteks dukungan kepada Ukraina).
Laporan berdasarkan sumber-sumber di Inggris menyebutkan bahwa prioritas dalam dukungan keamanan untuk Ukraina akan tertumpu pada pembaruan serta pengarmanentan lagi tentara Ukraine.
“Para pelatih diharapkan ‘menenangkan’ dengan kehadiran mereka di sana, tetapi bukan pasukan pencegah atau perlindungan,” ujar sumber itu, yang menyatakan kekhawatiran bahwa setiap kegagalan dalam gencatan senjata dapat meningkat menjadi konflik yang lebih luas.
Pendekatan yang direvisi akan mengalihkan fokus ke arah pembangunan kembali dan perlengkapan militer Ukraina, dengan pengiriman senjata berkelanjutan dan langkah-langkah perlindungan udara dan laut yang menjadi tulang punggung dukungan di masa mendatang.
Pada tanggal 15 Maret, Perdana Menteri Britania Raya Keir Starmer merumuskan rencananya untuk mengerahkan sepuluh ribu tentara pemelihara damai ke Ukraina selama konferensi puncak internasional berbasis daring yang digelar di London.
Tugas petugas keamanan internasional bakal menjelma sebagai “tenaga penggerak penting di mana banyak negara mengirim personil serta unit yang cukup luas yang turut memberi sumbangsih dalam berbagai aspek”, ungkap pejabat tinggi pemerintahan tersebut.
Sunday Times
.
Sebagai gantinya dari mendeplokasikan pasukan berada di dekat garis depan, Inggris dan Prancis kini bermaksud mengirim para instruktur militer ke wilayah Barat Ukraina. Ini merupakan upaya mereka untuk memenuhi janji akan menurunkan personil tanpa terlibat secara langsung dalam tugas pertahanan.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan setelah menjadi tuan rumah pertemuan puncak “koalisi kesediaan” di Paris pada 27 Maret bahwa sejumlah negara ingin mengirim pasukan ke Ukraina sebagai “pasukan efek jera.”
Macron mengatakan bahwa inisiatif bersama Inggris-Prancis itu tidak akan menggantikan pasukan Ukraina atau pasukan penjaga perdamaian.
Namun, tujuan dari pengiriman pasukan tersebut adalah untuk menghalangi Rusia dengan menempatkan pasukan di lokasi-lokasi strategis.
Operasi Interflex, misi pelatihan domestik Inggris untuk pasukan Ukraina, diperkirakan akan berakhir pada akhir tahun, dengan operasi dipindahkan ke pangkalan dekat Lviv. Namun, pejabat Ukraina tetap berhati-hati, mengingat bagaimana pelatih Barat menarik diri tepat sebelum invasi skala penuh Rusia pada 2022.
“Kendala kita saat ini ialah berusaha untuk menentukan tempat mendarat di mana Ukraina tak perlu menginjak semua garis merahnya,” ungkap sumber diplomasi Britania Raya tersebut.
Petugas dari Uni Eropa dan Inggris turut aktif dalam latar belakang untuk mendorong diskusi perdamaian, dengan harapan dapat menata sebuah pertemuan antara Presiden Donald Trump dan Presiden Volodymyr Zelensky yang akan digelar di Roma pasca upacara pemakaman Paus.
” Kami berencana untuk memodifikasi kedudukan kami, namun kami harap Moskow menerobos batasan yang telah ditetapkan mereka,” ungkap seorang sumber diplomasi.
Gesekan tersebut timbul seiring dengan peningkatan keprihatinan tentang kemungkinan bantuan Amerika Serikat melemah apabila Ukraina enggan memberikan konseil. Khususnya mengingat Trump tetap bersikeras tegas terhadap Zelensky dibandingkan dengan pendekatan terhadap Putin, sesuai pernyataan dari pejabat asal Britania Raya.
Ukraina tetap menghadapi tekanan guna merespons rencana damai Amerika Serikat yang lebih komprehensif, yang pertama kalinya disampaikan di Paris tanggal 17 April.
Wall Street Journal
Rencana tersebut meliputi pengakuan Amerika Serikat terhadap pernyataan Rusia tentang Krimea sebagai wilayahnya setelah tahun 2014 serta pembatasan agar Ukraina tidak dapat bergabung dengan NATO — kedua permintaan ini sudah menjadi keinginan jangka panjang dari Kremlin.
Pada saat yang sama, perwakilan resmi dari Kementerian Luar Negeri Federasi Rusia, Maria Zakharova, menyampaikan bahwa adanya pasukan luar negeri di wilayah Ukraina akan dilihat oleh pihak Rusia sebagai suatu ancaman dan juga dapat memicu konflik bersenjata terbuka.